SINYALBEKASI.COM - ADA seorang murid bertanya kepada gurunya :
"Selama menjalani hidup, kadang saya merasa iri dengan kehidupan teman-teman saya yang taraf hidupnya lebih tinggi daripada saya. Padahal sebelumnya mereka tingkatnya setara dengan saya. Bagaimana agar saya bisa menata hati untuk selalu bersyukur ...ustadz?"
Dengan panjang lebar, sang guru menjawab :
"Ukuran taraf hidup menurut antum itu apa? Jika harta atau duniawi lainnya itu bukan ukuran taraf hidup yang sebenarnya.
Ukuran taraf hidup itu adalah TAQWA. Jika kita iri dengan teman kita yang lebih bertaqwa walau miskin berarti kita sudah benar irinya, tapi kalau sebaliknya berarti kita masih keliru mengukur taraf hidup yang sebenarnya.
Jadi memang kita perlu lebih banyak bersyukur dengan ukuran taqwa, bukan ukuran harta atau duniawi lainnya. Mungkin ada orang yang hartanya lebih banyak dari kita, tapi sedih dan aibnya juga banyak. Hebatnya orang kaya itu biasanya pandai menyembunyikan kesedihan dan kegelisahan hatinya.
Kita sendiri juga pandai melihat kesuksesan seseorang dari sisi materi, tapi tidak pandai melihat kegagalan seseorang dari sisi iman dan taqwa.
Jangan terkecoh dengan ucapan orang bodoh bahwa mengejar taqwa adalah pembelaan orang miskin. Padahal kaya atau miskin adalah ketetapan Allah. Tugas kita hanya usaha dan bekerja dalam bingkai taqwa. Selebihnya urusan Allah.
Jadi bersyukurlah masih punya iman, Islam dan gairah untuk bertaqwa. Semua itu sudah lebih dari cukup untuk alasan kita selalu bersyukur."
"Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Q.S. Al-Hujurat: 13)
(Dikutip dr By. Satria Hadi Lubis/ Red)


